Friday, October 24, 2008

Dasar-Dasar Teori Komunikasi

DASAR-DASAR TEORI KOMUNIKASI

Komunikasi merupakan suatu proses, proses yang melibatkan source atau komunikator, message atau pesan dan receiver atau komunikan. Pesan ini mengalir melalui suatu media. Yang kemudian bisa terjadi berbagai hambatan dalam prosesnya, inilah yang biasa dikenal dengan noise. Manusia senantiasa mengadakan komunikasi karena manusia membutuhkan transaksi dalam hidup, inilah modus utama sebuah komunikasi yaitu transaksional. Karenanya, komunikasi sering mengundang feedback dari para komunikannya.

Dalam mata kuliah Dasar-dasar Teori Komunikasi, akan dipelajari lebih mendalam lagi beragam proses penyampaian dan pertukaran pesan, dan ini berkaitan erat dengan media yang digunakan dalam prosesnya. Sebut saja jika komunikasi itu menggunakan media face to face, atau menggunakan media massa. Terdapat teori kontekstual yang sangat berbeda untuk dua contoh tadi.


Mempelajari teori-teori komunikasi menjadi semacam pedoman fundamental untuk mahasiswa Ilmu Komunikasi untuk lebih mengenal lagi bidang studi yang didalaminya.

Teori adalah konsep-konsep atau abstraksi, penyederhanaan dari suatu fakta atau pengetahuan. Pengetahuan itu sendiri merupakan perspektif panca indera yang bisa jadi sangat relatif, karena tidak semua orang berlatar belakang sama, entah itu latar belakang pendidikan, budaya, agama, sehingga bagaimana menanggapi suatu pengetahuan bisa sangat berbeda antara seseorang dengan yang lain. Seorang yang melihat sebuah rumah dari depan, akan berbeda perspektif dengan orang yang melihat rumah yang sama dari samping.

Atas dasar heterogenitas manusia, keberagaman latar belakang, teori hadir menjadi konsep untuk dijalankan menjadi sebuah metode, menjadi intisari pengetahuan yang diterima secara universal, disepakati umum, hingga dalam hal ini memudahkan manusia untuk menerapkannya. Teori terbagi dua: General atau Umum dan Kontekstual.

1. Pendekatan Keilmuan

Sebuah pengetahuan, akan menjadi ilmu pengetahuan jika memenuhi syarat-syarat : sistematis, pengetahuan tersebut haruslah sistematis, tersusun dengan jelas, sehingga dapat dicerna akal manusia. Pengetahuan tersebut memiliki objek kajian, Filsafat misalnya, objek kajiannya adalah segala hal yang ada dan mungkin ada. Pengetahuan tersebut memiliki metodologi. Serta yang terakhir, pengetahuan tersebut bersifat universal, tidak diketahui oleh kelompok tertentu semata, bisa diterima khalayak luas.

Ilmu-ilmu pengetahuan yang beragam ini lalu diklasifikasi melalui beberapa pendekatan keilmuan:

a. Pendekatan Scientific

Pendekatan keilmuan scientific, sifatnya sangat objektif. Memiliki alat ukur yang terstandar (standardize). Sebuah alat ukur yang umum.

Ilmu pengetahuan yang terdapat dalam pendekatan scientific seperti Fisika, di seluruh dunia telah menjadi standar yang umum bahwa frekuensi bunyi adalah panjang gelombang dibagi waktu. Dan tidak akan terjadi perdebatan mengenai hal ini.

b. Pendekatan Humaniora

Sangat berbeda dengan pendekatan scientific, pendekatan humaniora sifatnya subjektif. Pendekatan ini memahami bahwa manusia dapat diukur. Pendekatan ini berkaitan dengan nilai, budaya, sejarah, dll. Seperti halnya pengalaman. Kita mendapatkan pengalaman dengan dua jalan, langsung dan tidak langsung. Idealnya, pengalaman langsung kita dapatkan untuk hal yang baik, seperti mendapatkan cumlaude di akhir kuliah. Dan pengalaman tidak langsung untuk hal-hal yang tidak begitu baik seperti kita mendengar kabar seseorang yang di-DO. Dari kedua pengalaman itu, kita memetik nilai-nilai.

c. Pendekatan Ilmu Sosial

Pendekatan ini merupakan perpaduan scientific-humaniora. Karena kadang kita mengamati gejala sosial manusia dan masyarakat menggunakan metode yang ilmuah, sistematis, melalui rangkaian proses.

1. TEORI KONTEKSTUAL

Dalam komunikasi, sebagaimana telah disebutkan di atas, kita mengenal banyak kondisi di mana komunikator menggunakan media yang berbeda dalam menghadapi berbagai jumlah komunikan, dan disertai tujuan komunikasi yang berbeda pula. Jika komunikator menginginkan self-disclosure dengan seseorang, maka dia perlu menerapkan metode-metode dalam teori komunikasi interpersonal. Sebaliknya, jika komunikator berkeinginan untuk menjalankan sebuah sistem kelompok, dengan tujuan yang akan dicapai bersama, maka dia akan memegang teguh prinsip-prinsip komunikasi kelompok.

Teori-teori itu disebut Teori Kontekstual, yang antara lain:

a. Intrapersonal Communication, yaitu interaksi dengan diri pribadi, yang sering terjadi ketika kita mempertimbangkan suatu hal. Interpersonal Communication mungkin terjadi karena setiap manusia memiliki dua hal yang bertentangan dalam dirinya yaitu ego dan nurani.

b. Interpersonal Communication, yaitu pertukaran pesan yang dilakukan dua orang yang sejajar, dan tidak lebih, di mana tujuan utamanya adalah self-disclosure. Pesan yang terdapat dalam komunikasi ini sifatnya pribadi, dan proses penyampaiannya lebih efektif melalui tatap muka secara langsung, meski dalam abad revolusi komunikasi saat ini, teknologi membolehkan terjadinya interpersonal communication, melalui telepon atau perbincangan (chat) di internet, dll.

c. Group Communication, yaitu pertukaran pesan dalam kelompok manusia yang sejajar dan berjumlah tiga hingga lima belas orang, yang saling berinteraksi dalam jangka waktu yang lama sehingga terjadi interdependensi dan menjadikan mereka memiliki tujuan yang sama.

d. Organizational Communication, adalah pertukaran pesan dalam organisasi, yaitu kelompok berstruktur. Terdapat aturan di dalamnya. Dan mereka melakukan interaksi yang terus-menerus demi tujuan utama sebuah organisasi: eksistensi.

e. Mass Communication, yaitu proses penyampaian pesan dari sebuah lembaga dengan masyarakat anonim yang heterogen sehingga pesannya bersifat umum dan cenderung bersifat satu arah, one way communication. Dalam komunikasi massa, tidak terjadi feedback/ umpan balik dan komunikasi massa senantiasa menggunakan teknologi.

f. Intercultural Communication, adalah pertukaran pesan antarkebudayaan.

1. TEORI UMUM

a. Teori-teori Fungsional & Struktural

Teori fungsional adalh teori yang asalnya adalah Biologi, teori ini menekankan pada bagaimana mengorganisir & mempertahankan sistem. Sementara teori struktural yang berasal dari ilmu linguistik berbicara tentang fakta bahwa seorang pengamat adalah bagian dari struktur, sehingga cara pandangnya juga akan dipengaruhi oleh struktur di luar dirinya. Teori struktural menekankan kajiannya pada bagaimana mengorganisir bahasa dan sistem sosial.

b. Teori-teori Behavioral & Kognitif

Dikenal juga sebagai tori tingkah laku dan teori pengetahuan. Teori-teori ini berkembang dari ilmu-ilmu pengetahuan behavioral dan aliran-aliran psikologi. Oleh karena itu, sifatnya sangat individual.

Pusat kajian teori behavioral & kognitif ini berfokus pada diri manusia secara individu. Salah satu konsep yang paling terkenal adalah teori S-R, Stimulus-Response yang menggambarkan bahwa proses informasi antara stimulus dan respon, bahwa manusia bersikap dan bertindak karena adanya stimulan. Manusia bersikap karena pengetahuannya yang dibentuk oleh lingkungan seperti lingkungan keluarga dan organisasi.

c. Teori Konvensional & Interaksional

Teori-teori ini berkembang dari aliran pendekatan interaksional simbolis, pandangan dan asumsi teori konvensional & interaksional bahwa kehidupan sosial merupakan suatu proses interaksi yang sifatnya membangun, memelihara, mengubah kebiasaan tertentu, termasuk bahasa dan simbol-simbol yang digunakan dalam komunikasi. Bahwa pengetahuan dapat ditemukan melalui metode interpretasi makna.

d. Teori Kritis dan Interpretif

Penekanan teori kritis dan interpretif terletak pada peran subjektivitas yang didasarkan pada pengalaman individual. Teori ini memandang “meaning” sebagai konsep kunci dalam teori-teori ini. Teori kritis dan interpretif dikembangkan oleh Negara-negara di Eropa, utamanya di Jerman, Frankfut School.

No comments: