Friday, February 12, 2016

Menu Mpasi CMI I

Alhamdulillah CMI sudah masuk hari ke-18 makan Mpasinya. Saya senaaaang sekali dengan kegiatan membuat mpasi ini, apalagi melihat progres cmi yang semakin terbuka untuk mencoba makanan baru. Alhamdulillah.

Cmi sudah banyak berpetualang rasa, bau dan tekstur. Selain makanan utamanya yang puree, cmi juga mendapat finger food. Puree yang saya berikan awal2 hanya berupa satu bahan yang dihaluskan lalu disaring. Pure puree. Kalau finger food saya baru berani kasih yang lunak seperti pisang, jeruk, keju.

Melihat cita rasa cmi yang semakin berkembang, sayapun mulai berani mix beberapa bahan yang kira-kira bisa seimbang dan tidak overpower one another kalo istilah mastersyefnya hehe. Berikut menu mpasi cmi tiga hari terakhir:

1. Alpukat dan extra light olive oil.
Ini simpel dan kalau saya bilang perpaduan superfood. Alpukat mengandung kalori, serat, vitamin b6, vitamin c, potasium dan zat besi. Karena nabati, nutrisinya mudah diurai dalam tubuh. Extra light olive oil adalah weight booster yang sesuai untuk usia cmi sekarang.

Bikinnya sederhana, alpukat matang disaring tanpa dihaluskan, setelah itu tuang olive oil sedikit saja. Sajikan.

2. Sup jagung keju
Lebih ribet dikit sekaligus memperkenalkan rasa gurih buat cmi. Jagung mengandung rasa manis dari karbohidrat yang bisa menjadi tenaga cmi buat gegulingan. Keju tinggi kalsium dan protein untuk tulang dan jaringan.

Satu tongkol jagung manis dipipil, tumis dengan olive oil. Tambahkan air secukupnya hanya untuk mematangkan jagung dan sekitar 5 gram keju, jangan banyak2 kejunya karena keju tinggi natrium dan bayi tidak butuh banyak zat ini. Aduk sampai jagung lunak dan keju meleleh. Setelah lunak, pindahkan ke blender/food processor, proses halus, saring dan sajikan.

3. Bubur oat jus apel
Sejak hari pertama mpasi, saya sudah mengenalkan bubur oatmeal untuk cmi, sebenarnya dia tidak suka, mungkin karena rasanya yang hambar plus tekstur lengketnya. Hari ini saya coba menyaringnya dan berharap cmi suka karena di mata saya oat adalah superfood. Alternatif baik untuk karbo dan serat pangan, selain itu yang terpenting oat juga mengandung zat besi. Saya padukan dengan apel, selain untuk menambah rasa manis masam, apel kaya vitamin c. Zat besi hanya dapat diserat tubuh dengan baik jika dibarengi asupan kalsium dan vitamin c.

Panaskan air 100ml/ setengah gelas, masukkan 3sdm oatmeal masak (quaker biru), setelah mengental matikan api. 1/4 apel fuji dipotong tanpa dikupas kulitnya (karena kulitnya juga banyak nutrisi). Proses oatmeal dan potongan apel sampai halus dalam blender. Saring dan sajikan.

Dari ketiga resep di atas cmi paling suka oatmeal apel. MasyaAllah. Makannya lahap sampai mau menyuap dirinya sendiri dengan merebut sendok dari tangan saya. Ini saya tidak nyangka karena dulu cmi malas sekali makan oat. Mungkin karena sudah disaring dan aroma apelnya tajam memberi kesan segar. Ok, itu dulu resepnya. Besok-besok updet lagi. Saya tertarik memberi cmi puree campur santan dan protein hewani seperti telur dan ayam kampung.

Saturday, February 6, 2016

Ready set go: Mpasi CMI

Horee alhamdulillah. Tiga hari lagi CMI touchdown 6 bulan. Kalau kata orang lulus ASIX. Saya harus jujur bahwa 6 bulan ASI eksklusif CMI telah dibatalkan oleh asupan sufor pada hari-hari pertamanya. Itu karena asi saya yang tidak cukup disebabkan stres berlebih. Klasik ibu baru. Tetapi setelah berniat kuat, alhamdulillah CMI dapat dicukupi hanya dengan asi ibunya.

Nah, setelah tiba di 6 bulan, CMI butuh asupan tambahan untuk mendukung tumbuh kembangnya, khususnya zat besi yang mulai terdeplesi secara signifikan dalam asi setelah 4 bulan menyusu. Zat besi harus diperoleh secara alami dari makanan atau dari fortifikasi dalam sereal.

Sebenarnya kita sudah boleh menambahkan mpasi bahkan sejak usianya masih 4 bulan, tetapi dikhawatirkan sistem pencernaannya belum siap, karena itulah rekomendasinya tetap 6 bulan boleh mpasi.

CMI bagaimana? Ia sudah mulai mpasi sejak 5 bulan 17 hari. Saya berani memajukan mpasi CMI karena kesiapan-kesiapan yang ia tunjukkan. Khususnya ketertarikan yang tinggi terhadap makanan.

Sejak usianya 2 bulan, saya sudah browsing sana sini tentang menu mpasi. Tapi saya tiba tiba terbentur informasi bahwa bukan hanya menu, metode mpasi juga beragam... yah tidak beragam amat sih ada 2 aliran metode: spoon-feeding dan baby-led weaning.

Saya khususnya jatuh cinta sekali dengan baby-led weaning atau blw. Kesannya bayi blw itu mandiri sekali, seakan bisa membuat keputusan sendiri tentang seberapa banyak ia mau makan, eksplorasi tekstur rasa dan bau juga terpenuhi. Ini metode yang saya impi-impikan! Sayapun membeli kebutuhan wajib blw yakni booster seat (atau bisa highchair) dan bib lebar. Dari jauh- jauh hari saya sudah menyisihkan plastik bungkus mesin cuci untuk alas booster seatnya.

Lalu bismillah... makanan pertama CMI: stik wortel kukus. Dia melihatnya, menggenggamnya daaaan memasukkannya keee... lubang hidung, pemirsa! Berhari-hari saya ganti menu ke apel, alpukat, timun, oat rebus... semua hanya ditatap barang dua kejap dan dicueki total.

Sementara itu saya dilanda stres berat karena CMI hanya naik 300gr bulan ini. Kendatipun beratnya sudah ada di median untuk bayi usia 5 bulan, saya tetap cemas akan tumbuh kembangnya.

Membesarkan anak adalah tanggung jawab saya, oleh karena itu sayalah yang akan membuat keputusan, bukan CMI. Walhasil saya memadukan spoon-feeding dan blw. Saya menyuapi CMI puree kentang, ditelannya. Puree apel, dinikmatinya. Puree labu, dilepeh, kunyah sedikit lalu telan. Puree nasi, dimuntahkannya. Puree wortel, favoritnya. Buah pisang, tidak mau disuap tapi mau genggam sendiri.

Sulit dipercaya, tapi CMI punya caranya sendiri untuk menikmati mpasi, bahkan makanan favorit dia sudah punya: puree wortel dan pisang utuh. Bagi saya yang terpenting kebutuhan gizinya terpenuhi, dibiasakan makan tenang dengan duduk di booster seat, dan ia selalu senang saat waktu makan tiba.

Nb: sedikit mustahil bagi bayi 5bulan+ tapi CMI kalau tiba waktu makannya sudah bisa bilang "mam mam".

Ready set go: Mpasi CMI

Horee alhamdulillah. Tiga hari lagi CMI touchdown 6 bulan. Kalau kata orang lulus ASIX. Saya harus jujur bahwa 6 bulan ASI eksklusif CMI telah dibatalkan oleh asupan sufor pada hari-hari pertamanya. Itu karena asi saya yang tidak cukup disebabkan stres berlebih. Klasik ibu baru. Tetapi setelah berniat kuat, alhamdulillah CMI dapat dicukupi hanya dengan asi ibunya.

Nah, setelah tiba di 6 bulan, CMI butuh asupan tambahan untuk mendukung tumbuh kembangnya, khususnya zat besi yang mulai terdeplesi secara signifikan dalam asi setelah 4 bulan menyusu. Zat besi harus diperoleh secara alami dari makanan atau dari fortifikasi dalam sereal.

Sebenarnya kita sudah boleh menambahkan mpasi bahkan sejak usianya masih 4 bulan, tetapi dikhawatirkan sistem pencernaannya belum siap, karena itulah rekomendasinya tetap 6 bulan boleh mpasi.

CMI bagaimana? Ia sudah mulai mpasi sejak 5 bulan 17 hari. Saya berani memajukan mpasi CMI karena kesiapan-kesiapan yang ia tunjukkan. Khususnya ketertarikan yang tinggi terhadap makanan.

Sejak usianya 2 bulan, saya sudah browsing sana sini tentang menu mpasi. Tapi saya tiba tiba terbentur informasi bahwa bukan hanya menu, metode mpasi juga beragam... yah tidak beragam amat sih ada 2 aliran metode: spoon-feeding dan baby-led weaning.

Saya khususnya jatuh cinta sekali dengan baby-led weaning atau blw. Kesannya bayi blw itu mandiri sekali, seakan bisa membuat keputusan sendiri tentang seberapa banyak ia mau makan, eksplorasi tekstur rasa dan bau juga terpenuhi. Ini metode yang saya impi-impikan! Sayapun membeli kebutuhan wajib blw yakni booster seat (atau bisa highchair) dan bib lebar. Dari jauh- jauh hari saya sudah menyisihkan plastik bungkus mesin cuci untuk alas booster seatnya.

Lalu bismillah... makanan pertama CMI: stik wortel kukus. Dia melihatnya, menggenggamnya daaaan memasukkannya keee... lubang hidung, pemirsa! Berhari-hari saya ganti menu ke apel, alpukat, timun, oat rebus... semua hanya ditatap barang dua kejap dan dicueki total.

Sementara itu saya dilanda stres berat karena CMI hanya naik 300gr bulan ini. Kendatipun beratnya sudah ada di median untuk bayi usia 5 bulan, saya tetap cemas akan tumbuh kembangnya.

Membesarkan anak adalah tanggung jawab saya, oleh karena itu sayalah yang akan membuat keputusan, bukan CMI. Walhasil saya memadukan spoon-feeding dan blw. Saya menyuapi CMI puree kentang, ditelannya. Puree apel, dinikmatinya. Puree labu, dilepeh, kunyah sedikit lalu telan. Puree nasi, dimuntahkannya. Puree wortel, favoritnya. Buah pisang, tidak mau disuap tapi mau genggam sendiri.

Sulit dipercaya, tapi CMI punya caranya sendiri untuk menikmati mpasi, bahkan makanan favorit dia sudah punya: puree wortel dan pisang utuh. Bagi saya yang terpenting kebutuhan gizinya terpenuhi, dibiasakan makan tenang dengan duduk di booster seat, dan ia selalu senang saat waktu makan tiba.

Nb: sedikit mustahil bagi bayi 5bulan+ tapi CMI kalau tiba waktu makannya sudah bisa bilang "mam mam".

Karir dan Carrier

Tahapan yang sedang dilalui Chadija Masagena (5m27d) saat ini sangat penting dan riskan, masa di mana dia berusaha mendefinisikan apakah dunia ini aman baginya atau tidak. Saya dalam upaya meyakinkan dia bahwa dunia aman dengan selalu berada di sisinya. Tetapi sebentar lagi cuti saya berakhir, pekerjaan sampingan yang mengharuskan saya hadir minimum 2 kali seminggu sudah memanggil.

Awalnya saya santai saja ingin meninggalkan dia dengan secondary caregiver yakni ayahnya, yang sedikit banyak telah menggantikan saya saat harus memasak dan urusan singkat lainnya. Ia percaya dan nyaman. Tapi apa itu cukup? Ternyata tidak. Ia tetap membutuhkan rasa aman yang tidak tergantikan dari saya, primary caregiver. Akhirnya bermodal carrier bayi, saya betekad membawanya ke manapun saya pergi, termasuk ke tempat kerja.

Kemarin saya menghadiri undangan rapat koordinasi, sekaligus mencoba mengetes bagaimana reaksi Chadija Masagena di tempat kerja saya, setelah minta izin bawa bayi tentunya. Hasilnya? Ia teriak teriak dan ujungnya nangis rewel pada saat petinggi petinggi tengah memberi kata sambutan. Sayapun pamit pulang kendati ada kenalan yang menawarkan diri menggendongnya agar saya bisa ikut rapat. Bukan. Bukan sekedar digendong yang dibutuhkan anak saya, tetapi sayalah yang ia butuhkan, perhatian penuh tanpa interupsi. Lalu apakah saya kapok membawanya ke tempat kerja? Tentu saja tidak.

Saya ingin terbentuk rasa aman dan percaya pada diri anak saya sebelum saya melepasnya ke dunia. Hal terakhir yang boleh terjadi adalah ia melihat dunia ini dengan skeptis, diliputi rasa curiga dan berjaga-jaga. Menuntut perhatian secara simultan, hanya itu terus yang dilakukannya, ditunjukkan dengan aksi 'cengeng' dan 'nakal'. Kelak ketika dewasapun ia cenderung memasang tameng terhadap hal baru dan asing. Sungguh, bukan karakter ini yang saya harapkan pada dirinya.

Jadi semester ini saya tetap melanjutkan karir saya sembari menggendong Chadija Masagena dalam carriernya.

Kerjaan saya hanya sambilan, membesarkan anak tetap yang utama.